Jumat, 05 Juni 2015

Orang Buta

Kadang kita terjebak dengan kesempurnaan fisik kita. Kita selalu memperhatikan fisik daripada memperhatikan batin kita. Padahal andai kita tahu bahwa tak selamanya fisik menjadi acuan dalam hidup.
Hal itu tak berlaku pada kehidupan orang buta. Walaupun mereka tidak bisa melihat seperti orang normal lainnya, tapi mereka lebih bisa menggunakan hatinya. Banyak sekali orang normal yang kehilangan arah dalam hidup, tapi itu tak berlaku pada orang buta. Semuanya bermula ketika saya selesai menunaikan ibadah sholat jum'at pada siang tadi. Saya tertegun melihat orang yang menuruni tangga dengan mata tertutup dan hanya menggunakan sebilah tongkat dari kayu yang sangat sederhana. Hal lain yang membuat saya tak henti-henti mengucapkan Subchanalloh dalam hati adalah ketika beliau berhasil menemukan sandal jelek beliau yang terpisah cukup jauh tanpa melihatnya. Saya langsung berfikir, bagaimana jika orang yang dapat melihat mengetahui sandal jeleknya disamping sandal-sandal yang lebih bagus. Pasti ada sebagian oknum yang menukar sandal jeleknya dengan sandal yang lebih bagus walaupun itu milik orang lain.
Masih butuh bukti bahwa orang buta lebih bisa menggunakan hatinya daripada orang normal ?. Orang buta yang bekerja walaupun dia produktif seperti orang normal lainnya dia akan tetap ikhlas ketika dia menerima upah yang tidak semestinya. Sedangkan orang yang dapat melihat belum tentu mau melakukan itu, sebagian oknum (orang) yang bisa melihat biasanya malah meminta gaji yang lebih tinggi karena dia produktif. Ini semua hanya sebagian kecil dari bukti yang terjadi di sekitar kita.
Tulisan ini tidak untuk menyudutkan salah satu pihak. Tulisan ini hanya bertujuan supaya kita lebih mampu memperhatikan dan menggunakan hati daripada fisik kita. Terimakasih pada semua pembaca, semoga kita bisa menjadi orang yang lebih bijak dan teliti dalam menjalani kehidupan ini.

Kamis, 04 Juni 2015

Siapa Yang Salah ???

Ketika saya selesai menaruh ransel di meja, saya langsung dikejutkan oleh sebuah pertanyaan. Walaupun pertanyaan itu sangat sederhana, tetapi butuh pemahaman yang luar biasa untuk menjawabnya. Sayapun seakan tidak percaya ketika pertanyaan itu terucap oleh teman yang tidak kritis. Pertanyaan itu adalah "Siapa Yang Salah kang ?", pertanyaan yang tak terduga oleh saya.
Kemudian dia mulai memaparkan alasan kenapa dia bertanya seperti itu kepada saya. Ini semua karena ada 3 orang yang masih duduk dibangku sekolah ( SD ) mencoba membobol jok motor yang diparkir didepan pondok kami. Saya seakan-akan tak percaya mendengar penjelasannya, tapi ketika saya buktikan kebenaran informasinya, ternyata memang benar semua yang telah diucapkan oleh teman saya itu. Sayapun terdiam dan menanyakan pertanyaan yang sama pada diri saya sendiri. Kenapa anak seumuran itu sudah melakukan hal yang tidak pantas ? terus siapa yang salah disini ?.
Saya mulai menggunakan otak saya untuk berfikir tentang fenomena yang baru saja terjadi didepan mata saya itu. Dan akhirnya saya menemukan jawaban atas peristiwa itu lalu saya utarakan pada teman saya, " Begini kang, di daerah ini sebagian masyarakatnya sibuk bekerja, terutama bagi orang tua yang sudah mempunyai anak dan menyekolahkan anaknya. Mereka hanya ingin menyukupi kebutuhan jasmaniah tanpa memperdulikan kebutuhan rohaniah anak-anaknya. Jadi yang terpenting hanyalah anaknya bisa sekolah dan makan saja, mereka tidak mementingkan bagaimana prestasi, tingkah laku, pergaulan, dan juga keimanan anak tersebut. Jadi yang terjadi seperti apa yang anda lihat kang ". Jawaban atas pertanyaan teman saya.
Sayapun melanjutkan keterangan saya " Jadi kita harus ingat bahwa manusia memiliki 2 kebutuhan, kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kedua kebutuhan itu haruslah seimbang dalam memenuhinya kang, supaya terjadi keseimbangan dalam kehidupan manusia tersebut. Kita juga harus ingat bahwa anak adalah titipan dari Tuhan yang harus kita rawat dengan sebaik-baiknya karena kelak kita akan dimintai tanggung jawab atas semua yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita".
Ini hanya sebagian kecil dari fenomena yang terjadi disekitar kita, apakah kita harus diam saja melihat fenomena ini atau kita akan memperbaikinya dengan memulai dari diri kita sendiri ?. Itu hanyalah pilihan yang harus kita pilih, karena hidup itu sendiri adalah suatu pilihan dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi yang harus kita terima dan jalankan.